Kalau bicara soal kota Jakarta atau masyarakat Betawi, maka nggak afdol rasanya kalau nggak bicara roti buaya. Roti khas Betawi yang begitu ikonik ini tergolong sebagai salah satu kuliner Betawi yang cukup populer dan ramai dikenal eksistensinya.
Meski banyak dikenal, tak banyak yang tahu awal mula lahirnya roti buaya dan bagaimana roti buaya bisa dipakai dalam pesta pernikahan masyarakat Betawi. Bagaimana kisahnya? Yuk simak pembahasan kali ini!
Dahulu, sungai-sungai di Jakarta adalah tempat tinggal atau habitat dari banyak buaya. Masyarakat Betawi menganggap bahwa buaya-buaya ini adalah penjaga atau pelindung dari sungai dan area rawa-rawa yang ada di Jakarta. Buaya-buaya ini juga melindungi berbagai sumber mata air atau yang disebut sebagai entuk yang merupakan salah satu sumber kehidupan yang penting untuk manusia. Oleh karenanya, masyarakat Betawi pun menjadikan buaya sebagai simbol kehidupan yang menjaga sumber kehidupan berupa mata air.
Menariknya, buaya juga dianggap oleh masyarakat Betawi sebagai simbol kesetiaan. Hal ini bukan tanpa sebab. Pola hidup buaya yang hanya akan menikah sekali seumur hidup jadi salah satu alasannya. Meski pasangannya mati, buaya nggak akan mencari pasangan yang baru untuk menggantikan pasangannya sebelumnya.
Dan karena beberapa alasan tersebut, lahirlah roti buaya, kuliner khas masyarakat Betawi yang melambangkan kesetiaan dari setiap pasangan yang akan menikah. Roti ini pun jadi salah satu makanan yang nggak boleh dilupakan saat setiap pasangan akan melaksanakan pesta pernikahan khas Betawi.
Salah satu mitos yang erat kaitannya dengan roti buaya adalah barangsiapa yang masih belum memiliki pasangan dan menyantap roti buaya, niscaya akan memperoleh pasangan dan segera menikah. Mitos ini pun menyebabkan banyak orang yang masih belum memiliki pasangan untuk menyantap roti buaya ketika datang ke suatu pesta pernikahan. Padahal, di zaman dulu, roti buaya tidak boleh dimakan oleh para tamu pesta. Roti buaya hanya dijadikan sebagai simbol dan pajangan untuk pesta pernikahan tersebut. Sampai akhirnya banyak masyarakat yang merasa bahwa hal tersebut mubazir dan pada akhirnya roti buaya pun diperbolehkan untuk dimakan.
Terlepas dari mitos cepat dapat pasangan tersebut, roti buaya tetap layak kamu nikmati. Berbeda dengan roti buaya dahulu yang rasanya tawar, kini roti buaya memiliki rasa yang begitu manis dan punya tekstur yang lembut dan empuk, berbeda dengan roti buaya terdahulu yang teksturnya keras dan disajikan dalam keadaan yang hampir basi atau bahkan sudah basi. Di zaman yang lebih modern ini, roti buaya sudah mengalami perkembangan dan bahkan memiliki rasa yang variatif, seperti roti buaya rasa cokelat, keju, hingga rasa buah-buahan seperti stroberi.
Di balik penampilannya yang sederhana, roti buaya ternyata memiliki beragam fakta menarik dan sejarah yang cukup padat! Kini, meski zaman mulai berkembang, roti buaya tetap mampu untuk eksis di tengah ramainya berbagai jenis kuliner roti lainnya.
Kamu lagi cari tempat yang nyaman untuk menyelesaikan seluruh tugas kantormu? Atau cari wifi yang kenceng biar meeting online-mu lancar? Jangan khawatir! Di Tangerang sudah banyak Coffee Shop yang siap memanjakan kamu dengan makanan dan minuman yang enak dan pastinya suasana yang mendukung untuk kamu bekerja dari cafe. Mau tahu lebih lanjut? Yuk, intip daftar cafe di Tangerang yang bisa kamu kunjungi!
Baca selengkapnyaSuka kebingungan sama istilah cafe dan coffee shop? Begini perbedaan di antara keduanya!
Baca selengkapnyaJangan khawatir kalau dapat review atau ulasan negatif. Dengan 3 cara sederhana ini, kamu siap menanganinya!
Baca selengkapnya