Wah, sebentar lagi Republik Indonesia akan menginjak usia 77 tahun!
Menjelang HUT RI yang ke-77, kita akan sedikit kilas balik ke masa-masa awal kemerdekaan, melihat para pejuang kemerdekaan dan kuliner favorit mereka masing-masing serta cerita di baliknya!
Di balik kebesaran dan kegagahannya, Putra Sang Fajar tergolong sederhana untuk urusan makanannya. Meski menyukai beragam sajian seperti sambal pecel, nasi jagung, sayur asam, hingga sayur lodeh, Bung Karno nggak bisa dilepaskan dengan yang namanya sate ayam.
Ia sendiri memiliki restoran sate ayam langganan yang berlokasi di Cilincing, yaitu Layar Terkembang. Nggak hanya di Jakarta, Bung Karno pun punya langganan sate ayam yang lokasinya di Bandung, tepatnya di ujung Jalan Asia Afrika. Ketika sedang di Kota Kembang, ia akan selalu menyempatkan diri untuk makan sate ayam di sana ditemani Brigjen Sabur.
Menariknya, sate ayam pun nggak lepas dari cerita kemerdekaan Republik Indonesia. Sepulangnya dari rapat PPKI yang menetapkan dirinya sebagai Presiden Republik Indonesia dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, Soekarno pulang berjalan kaki dan berpapasan dengan seorang tukang sate. Tanpa pikir panjang, ia pun mengeluarkan “perintah” pertamanya sebagai seorang Presiden kepada tukang sate tersebut: “Sate ayam 50 tusuk!” Sesaat usai sate selesai dimasak, Soekarno pun berjongkok sembari menikmati sate ayam dengan lahap di pinggir got dan tempat sampah.
Walaupun bertolak belakang dalam hal pemikiran dan kepribadian, Mohammad Hatta punya selera makanan yang sama sederhananya dengan sang sahabat. Sosok yang terkenal begitu bersahaja ini sangat menerapkan pola makan yang sehat dengan banyak mengonsumsi sayur-sayuran. Olahan sayur-sayuran yang dinikmati olehnya berupa tumis kangkung, sayur bayam bening, hingga tahu dan tempe goreng.
Meski begitu, bukan berarti Bung Hatta nggak menyukai sajian berbahan daging. Sebagai orang asli Minangkabau, ia sangat menyukai gulai kari dan singgang ayam yang merupakan kuliner khas Minang. Singgang ayam sendiri merupakan kuliner yang mirip dengan kalio ayam yang punya cita rasa rempah yang begitu kuat dan aromanya yang sangat wangi. Kini, kuliner tersebut sudah mulai jarang ditemukan.
Haji Agus Salim adalah sosok pejuang kemerdekaan yang dikenal sebagai diplomat ulung dan merupakan seorang poliglot (Sosok yang menguasai beragam bahasa). Meski begitu, nggak banyak yang tahu kalau Haji Agus Salim adalah sosok yang begitu menggemari camilan sederhana berbumbu kacang bernama otak-otak.
Setiap sore sekitar pukul 5, di kediamannya, Haji Agus Salim akan menunggu tukang otak-otak langganannya lewat. Ketika sosok yang ditunggu sudah tiba, ia akan memanggil setiap anggota keluarganya di rumah, termasuk para cucunya, untuk ikut makan otak-otak. Setelah otak-otak pesanannya selesai dibuat, ia akan menikmati otak-otak tersebut sambil membaca buku dan minum jus buah yang dibuat dengan menggunakan blender yang dikirimkan seseorang dari Amerika Serikat.
Seperti Bung Karno, Sutan Sjahrir pun juga menyukai sate ayam. Setiap kali mengunjungi sebuah restoran atau tempat makan, sosok yang dijuluki “Si Kancil” ini akan mengutamakan sajian sate ayam untuk dinikmatinya.
Ia pun memiliki tempat makan sate favoritnya. Letaknya ada di ujung Jalan Jawa (Sekarang telah berubah nama menjadi jalan H.O.S. Cokroaminoto). Ketika akan makan di sana, Sutan Sjahrir akan mengajak istri dan anak-anaknya berjalan kaki ke sana.
Jika diperhatikan, setiap kuliner favorit para Bapak Pendiri Bangsa Indonesia di atas tergolong sederhana ya, Tromates! Setiap kuliner yang mereka sukai begitu khas Indonesia dan punya kenikmatannya tersendiri!