Restoran kamu boleh saja punya makanan yang enak dan nikmat.
Restoran kamu boleh saja punya sajian yang unik yang jarang orang temui dimana-mana.
Namun, kalau kamu nggak membangun koneksi emosional dengan para pelanggan kamu, dua hal di atas tadi akan sia-sia dan bikin restoranmu kehilangan banyak hal baik.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2001 di The Cornell Hotel and Restaurant Administration Quarterly menunjukkan bahwa bila seorang pelanggan sudah punya emotional bonding dengan restoran, ada kemungkinan besar untuk future purchases berulangkali.
Selain itu juga, penelitian ini menunjukkan kalau pelanggan yang sudah terkoneksi secara emosional dengan restoran tersebut akan menganggap penting keramahtamahan pelayanan yang diberikan, di samping suasana dan makanan yang enak.
Apa artinya dari temuan ini buat kamu? Sebagai pemilik restoran, hal ini menunjukkan kalau sudah saatnya kamu fokus bukan hanya pada sajian yang enak atau suasana restoran yang enak, tetapi juga pelayanan yang ramah dan mampu terhubung secara emosional dengan pelanggan.
Dampaknya, restoran kamu bisa mengumpulkan banyak pelanggan setia yang akan melakukan future purchases secara berulang-ulang.
Oleh karena itu, jangan sampai kamu mengesampingkan koneksi emosional dengan pelanggan kamu.
Ada beberapa tips mudah untuk membangun koneksi emosional dengan pelanggan kamu. Beberapa tips ini bisa kamu bagikan atau ajarkan kepada para staf kamu sehingga bisa mereka praktekkan langsung ketika melayani pelanggan:
Tips pertama adalah dengan melatih para staf kamu untuk memberikan pertanyaan yang tepat dan benar-benar berarti.
Pertanyaan yang tepat dan berarti di sini maksudnya adalah pertanyaan untuk mencari tahu kepuasan dan kesenangan pelanggan terhadap apa yang mereka rasakan dan nikmati soal restoran kamu.
Pertanyaan yang spesifik seperti "Ada yang kurang dari jusnya?" atau "Apa nasi gorengnya sesuai harapan bapak / ibu?" menjadi dua contoh pertanyaan yang bisa ditanyakan.
Dalam membangun koneksi emosional dengan pelanggan, kamu harus memahami dua hal: Waktu adalah sesuatu yang nggak ternilai dan pelanggan nggak suka menunggu.
Oleh karenanya, selalu gerak cepat dalam memberikan pelayanan, mulai dari ketika pelanggan duduk, membaca menu, memesan dan menikmati sajian, sampai membayar pesanan.
Hal-hal kecil lainnya yang bisa kamu lakukan untuk menghargai waktu pelanggan adalah dengan memastikan setiap pesanan yang sudah dan belum sampai di meja mereka sampai dengan meminta maaf ketika pelanggan menunggu terlalu lama.
Sikap selalu ingin membantu perlu ditumbuhkan di dalam diri setiap staf kamu.
Sikap dan gestur seperti menanyakan soal refill sampai menanyakan soal kebutuhan pelanggan di meja makan menunjukkan bahwa para staf kamu benar-benar peduli dan selalu ingin memberikan bantuan buat pelanggan apapun kebutuhannya.
Nggak hanya pelanggan saja yang bisa memberikan masukan. Para staf kamu juga bisa memberikan masukan buat pelanggan.
Bedanya, masukan ini bisa berupa rekomendasi atau saran untuk menu yang akan dipesan.
Misalnya, ketika pelanggan bingung memesan antara dua menu ikan, kamu bisa menjelaskan kedua menu ikan tersebut secara rinci dan memberikan saran yang sesuai dengan selera pelanggan.
Suatu pelayanan haruslah lebih dari sekadar ramah, membantu, dan responsif. Pelayanan di restoran kamu juga harus memiliki identitas dan personality.
Kamu bisa membuat pelayanan yang kamu detail-oriented, sigap dan cepat, atau cenderung diam-diam namun penuh perhatian.
Memiliki identitas yang unik di dalam cara staf kamu melayani pelanggan akan memungkinkan pelanggan lebih mudah terhubung dengan restoran kamu.
Sudah saatnya untuk melihat seberapa pentingnya membangun dan memiliki koneksi emosional dengan pelanggan yang datang. Hal ini akan membantu kamu untuk jadi lebih dekat dengan pelanggan dan membuat mereka kembali lagi dan lagi, mengubah mereka jadi pelanggan setia.