Musik telah eksis begitu lama dan telah mendarah daging di dalam diri manusia. Kini, musik banyak dimainkan bukan hanya sekadar hiburan atau karya seni yang menemani keseharian manusia. Musik pada era modern adalah bagian krusial dari berbagai bisnis yang banyak digunakan untuk memasarkan produknya dan menggaet calon pelanggan.
Salah satu jenis bisnis yang banyak menggunakan musik sebagai bagian dari suasana tempatnya adalah bisnis restoran dan kuliner. Tentunya, kalau kamu makan di suatu restoran dan restoran tersebut nggak memiliki musik, apa jadinya? Makan terasa hampa, suasana terasa sepi dan sunyi, hanya diramaikan oleh suara para pelanggan lain yang juga sedang makan dan memesan. Restoran kamu pun lama-kelamaan akan sepi.
Namun, memutar musik nggak hanya memengaruhi suasana tempat dan kenyamanan dari pelanggan, tetapi juga memengaruhi penjualan yang dihasilkan oleh restoran kamu. Kok bisa?
Satu penelitian yang dilakukan oleh North, Shilcock, dan Hargreaves (2003) mengungkapkan bahwa musik latar memiliki kemungkinan yang besar untuk mendorong pelanggan untuk membeli makanan dan minuman lebih banyak. Lebih lanjut lagi, penelitian yang dilakukan oleh HUI Research, bersama dengan Soundtrack Your Brand, mengungkapkan bahwa musik latar yang sesuai dan cocok dengan brand sebuah bisnis dapat meningkatkan penjualan sebesar 9.1%.
Dua riset di atas menunjukkan bahwa musik bukanlah sekadar soal kenyamanan. Musik adalah sesuatu yang lebih dari itu - musik adalah elemen yang memungkinkan pelanggan untuk spending lebih banyak di restoran dan pada akhirnya meningkatkan penjualan restoran.
Namun, meski musik punya dampak yang positif dalam mendongkrak penjualan di restoran, pemilihan musik nggak boleh dilakukan dengan sembarangan. Pemilihan musik harus menyesuaikan dengan konsep dari brand restoran kamu.
Wilson (2003) mengungkapkan, jika kamu mengusung restoran kamu untuk menjadi tempat makan yang santai dan menenangkan serta ditujukan untuk orang-orang bersantai dalam waktu lama, kamu bisa menggunakan musik dengan beat yang lebih lambat. Musik dengan beat yang lambat akan mendorong pelanggan kamu untuk stay dan makan lebih lama. Kamu pun bisa memilih musik-musik seperti musik klasik, folk, dan country. Meski perputaran pelanggan jadi lebih lambat, pelanggan jadi cenderung membeli lebih banyak makanan dan minuman.
Namun, jika kamu mengusung restoran yang lebih fokus pada turnover pelanggan yang lebih cepat dan ramai, maka musik bertempo cepat lebih cocok untuk restoran kamu. Musik pop dan electro yang lebih upbeat cocok untuk restoran kamu, karena musik-musik ini akan mendorong pelanggan kamu untuk makan lebih cepat, mendorong perputaran pelanggan yang cepat pula. Di samping itu, musik yang temponya cepat cocok untuk keramaian.
Salah satu hal menarik lainnya yang perlu diperhatikan adalah volume musik yang diputar. Dalam temuan yang didapatkan oleh Biswas, Lund, dan Szocs (2016), volume musik yang lebih rendah mendorong pelanggan untuk membeli makanan yang lebih sehat, sementara volume musik yang lebih kencang mendorong pelanggan untuk membeli makanan yang nggak sehat. Jadi, kalau memang kamu menargetkan penjualan menu yang sehat, sebaiknya coba gunakan volume yang rendah untuk musik yang kamu putar.
Ternyata, di balik fungsinya yang banyak difokuskan untuk menciptakan suasana yang nyaman, musik memiliki peran yang terbukti secara ilmiah untuk bisa memengaruhi penjualan di restoran kamu. Oleh karenanya, kamu perlu jeli untuk memahami situasi, konsep restoran, dan target pasar kamu sehingga kamu bisa menyesuaikan musik kamu!